Our conversation - Part 1

"Apa yang kamu pikirkan?"


"Apa? Hmm banyak."


"Coba jelaskan."


"Banyak sekali. Kamu juga pasti tidak mau mendengar."


"Coba jelaskan."


"Tapi ba-"


"Coba jelaskan."


"Hah, baiklah. Laut, langit, bintang, bumi, bulan, es krim coklat, novel, harum kertas, hujan, bunga, musik jazz, piano... hmm dan lainnya."


"Hanya segitu? Itu tidak banyak."


"Oh ya? Menurutmu bagaimana yang banyak?"


"Alam semesta."


"Hah? Itu cuma satu."


"Alam semesta itu kan luas dan banyak isinya. Kamu ini..."


"Ah? Iya juga. Kamu memang pintar daripada aku."


"Dan kamu bodoh? Begitu maksudmu?"


"Iya."


"Lumayan.."


"Lumayan apa?!" 


"Lumayan bodoh. Hahahaha."


"Dasar."


"Kan kamu yang mengakuinya sendiri tadi. Gimana sih..."


"Ah sudahlah."


"Itulah kamu."


"Apa?"


"Iya, itulah kamu. Selalu tak mau mendengar kritik orang lain. Selalu ingin cepat selesai. Selalu ingin lari dari masalah, pergi begitu saja. Ckckc."


"Terserah apa katamu."


"Hah...kamu ini.."